Minggu, 24 Mei 2015

Hai, Jendral.

Saat itu, rasanya tak ada yang lebih menyesakkan ketika jarak kita sudah dekat namun tak ada waktu untuk merapat. Saat itu, rasanya tak ada yang bisa diharapkan, sebab aku tau semuanya akan mengecewakan. Kita tak bisa menyalahkan siapapun atau apapun. Sebab inilah keadaan, inilah kenyataan. Dan kita akan semakin berantakan ketika tak mengikhlaskan.



Sebagai seorang penuntut ilmu, aku, kau, kita, dibelit dengan bertumpuk kewajiban dengan berbagai batasan. Batasan waktu. Namun aku berjuang, kau lebih berjuang, untuk sebuah pertemuan. Dan...senja itu, tanganmu melambai pada sebuah bus yang akan mendekatkanmu padaku. Rasa sesak itu hilang perlahan, sebab kabar darimu yang mengejutkan.

Mungkin diantara kita sudah menganggap basi soal, " waktu adalah sesuatu yang berharga". Namun memang begitulah kenyataannya. Karena waktu itu berharga dan ketika seseorang telah memberikan waktunya untukmu, maka kau adalah orang yang berharga.

Maafkan tentang prasangka-prasangka yang mengecewakan, atau tentang diam yang membuatmu tak habis pikir apa yang sedang kupikirkan, atau tentang sambutan yang kurang menyenangkan sebab kau senang sekali memberi kejutan untuk tiba-tiba datang, sedangkan aku belum rupawan.

Tiga  jam perjalanan untuk dua jam pertemuan. Apa lagi yang bisa kuungkapkan selain terimakasih dan terimakasih? Terimakasih telah berjuang dan datang, terimakasih atas waktu singkat yang berkesan, terimakasih masih menjaga rindu selagi kita beda jalan, dan terimakasih telah membuatku, dan keluargaku, berharga.

Senja ini, kita melambai pada bus bersamaan, namun berbeda tujuan.
Selamat jalan, selamat menyusun cerita rindu yang semoga tak berkepanjangan.
💚💜



Tidak ada komentar:

Posting Komentar