Senin, 28 April 2014

Bukit ilalang~

 
Kita sudah berjalan lama, tanganmu dalam genggaman mulai basah. Berbanding terbalik dengan tenggorokan yang mulai mengering. Tak sepatah katapun kau ucap . Semakin ke barat ilalang makin tinggi. Dan semakin jingga langit, semakin kencang angin.
"Kita mau kemana?", tanyaku mulai tak sabar.
"Ikuti saja, jangan banyak tanya."
"Apa masih jauh?"
"Apa kau lelah?"
"Sedikit."
"Kalau begitu tunggulah di sini. Duduklah."
" Kau mau kemana?"
"Lihat saja."

Aku menurutimu. Memperhatikanmu, dengan banyak pertanyaan di kepala. Sepuluh menit kemudian, setelah selesai dengan itu, kau kembali.
"Apa kau lihat layang-layang itu?", tanyamu, setelah sampai disebelahku.
"Ya."
"Apa kau lihat angin yang menerbangkannya?"
"Tidak."
" Layang-layang itu adalah aku, putri."
Aku diam, memperhatikan layangan itu. Layang-layang yang kesana kemari.
"Apa yang kau rasakan?", tanyamu lagi.
"Sunyi, sendiri.", kataku. Mataku masih mengekor pada layanganmu.
" Layang-layang itu tidak sendiri. Ia bersama angin."
" Siapa angin itu?"
" Tentu saja kau, putri."
"Aku tidak mengerti."
"Pikirlah sendiri."
Sementara kau masih berdiri, aku menatap wajahmu dari tempatku duduk ini. Dari bawah sini, aku bisa melihat senyummu mengembang, dan anak rambutmu yang depan bergoyang, seirama dengan ilalang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar